Sering kali kita kesulitan
mengetahui apakah iklan kita efektif atau tidak. Padahal, biaya iklan yang
dikeluarkan sangat besar. Apalagi jika kita memasang di TVC (TV Commercial).
Berbagai model telah diciptakan untuk mengetahui efektivitas iklan. Model
adalah penyederhanaan dari sesuatu yang mampu mewakili sejumlah objek atau
aktivitas (Mc Leod, Raymond Jr).
John Howard mengatakan bahwa
sebuah model dapat digunakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam
mengukur efektivitas iklan digunakan model, dengan pertimbangan bahwa konsumen
hidup di dalam lingkungan yang kompleks. Perilaku konsumen pun sangat kompleks.
Dengan menggunakan model, perilaku konsumen dapat dijelaskan lebih sederhana.
Secara umum, dikenal tiga
kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas iklan, yaitu:
penjualan, pengingatan, dan persuasi. Efektivitas periklanan yang berkaitan
dengan penjualan dapat diketahui melalui riset tentang dampak penjualan,
sedangkan efektivitas periklanan yang berkaitan dengan pengingatan dan persuasi
bisa diketahui melalui riset tentang dampak komunikasi.
Kriteria pertama adalah penjualan.
Mengaitkan iklan dengan penjualan akan cukup sulit dilakukan karena banyaknya
faktor di luar iklan yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
konsumen dalam aktivitas membeli. Faktor-faktor tersebut antara lain: fitur
produk, harga, ketersediaan, dan juga reaksi pesaing. Makin kecil pengaruh dari
faktor tersebut atau makin terkendali faktor-faktor tersebut, makin mudah
diukur seberapa kuat dampak iklan terhadap penjualan. Namun demikian, dengan
alat analisis yang tepat, kita dimungkinkan untuk melihat peran parsial iklan
terhadap penjualan suatu produk.
Kriteria kedua adalah pengingatan.
Kriteria ini banyak digunakan dalam mengukur kemampuan mengingat konsumen
terhadap iklan atau bagian dari iklan. Misalnya, dalam suatu telaah daya ingat
konsumen pada satu hari setelah iklan ditayangkan, para peneliti dapat menggali
informasi dari konsumen dengan mengajukan pertanyaan kepada pemirsa, “Apakah
mereka menonton program televisi tertentu kemarin?” Jika mereka menonton
program tersebut, kemudian konsumen bisa ditanyai, “Apakah mereka mengingat
adanya iklan yang ditayangkan, dan hal apa saja yang mereka ingat sehubungan
dengan iklan yang ditayangkan?”
Kriteria ketiga, yaitu persuasi
yang berkaitan dengan pengukuran dampak pemahaman konsumen terhadap suatu
iklan, terhadap perubahan kepercayaan konsumen pada ciri atau konsekuensi
produk, sikap terhadap merek, sikap terhadap membeli merek atau keinginan
membeli. Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah suatu iklan dapat
menciptakan rantai akhir suatu pengetahuan produk sebagaimana yang diingatkan,
yaitu menemukan apakah konsumen membentuk pengasosiasian yang tepat antara
merek dengan pribadi konsumen.
Guru pemasaran dunia, Philip
Kotler, mengatakan ada tiga metode utama prapengujian iklan dalam riset dampak
komunikasi, suatu riset yang dilakukan sebelum iklan dimasukkan ke media dan
setelah dicetak atau disiarkan. Metode yang pertama adalah metode umpan balik
konsumen (consumer feedback method), dilakukan dengan menanyakan reaksi
konsumen terhadap iklan yang diusulkan. Konsumen diminta menjawab
pertanyaan-pertanyaan: apakah pesan utama yang Anda dapatkan dari iklan ini?;
menurut Anda, apa yang mereka inginkan Anda ketahui, yakini atau lakukan?;
seberapa besar kemungkinan iklan ini akan mempengaruhi Anda untuk melakukan
tindakan yang dimaksudkan?; apa saja yang bagus dan apa yang tidak bagus dalam
iklan ini?; bagaimana perasaan Anda tentang iklan ini?; di mana tempat terbaik
menjangkau Anda dengan iklan ini?; di mana paling memungkinkan Anda melihatnya
dan memberi perhatian terhadapnya?; di mana Anda berada ketika Anda mengambil
keputusan tentang tindakan ini?
Metode kedua adalah pengujian
portofolio, meminta konsumen melihat atau mendengarkan suatu portofolio iklan
dengan menggunakan waktu sebanyak yang mereka perlukan. Konsumen kemudian
diminta mengingat kembali semua iklan tersebut dan isinya, dibantu atau tidak
dibantu pewawancara. Tingkat daya ingat mereka menunjukkan kemampuan suatu
iklan untuk menonjol dan perannya dimengerti serta diingat.
Metode ketiga adalah pengujian
laboratorium, menggunakan peralatan untuk mengukur reaksi fisiologis detak
jantung, tekanan darah, pelebaran bola mata, respons kulit tubuh, keluarnya
keringat—terhadap iklan. Atau, konsumen mungkin akan diminta menekan tombol
untuk menunjukkan kesukaan atau ketertarikan mereka dari waktu ke waktu pada
saat melihat bahan yang ditampilkan berurutan. Pengujian ini mengukur kemampuan
menarik perhatian, tetapi tidak mengungkapkan apa pun mengenai pengaruhnya
terhadap keyakinan, sikap, dan niat
konsumen.
Dengan demikian, jelas bahwa untuk membuat iklan yang
efektif menjadi sangat rumit dewasa ini, iklan yang mampu meraih konsumen
menjadi semakin kompleks dan membuat konsumen
duduk diam untuk mendengarkan pesan sebuah iklan, adalah tantangan berat
bagi pemasar. Diharapkan para pemasar perusahaan dan profesional dalam agensi
periklanan dapat terus-menerus menciptakan iklan yang efektif, iklan yang dapat
diterima oleh konsumen dengan sepenuh hati, seperti yang diungkapkan oleh John
Mc Neil (mantan Art Director Ogilvy & Mather), “If you say it with a degree
of sincerity and honesty and with a great love of the craft, it will come through.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar