Ad clutter bukan melulu masalah yang terjadi di media TV maupun cetak, hal yang sama juga terjadi di online. Hal ini lah yang kemudian membawa detik.com membuat sebuah keputusan besar untuk mengurangi jumlah space iklan dari 25 space menjadi 15 sehingga secara tampilan lebih bersih dan lebih menguntungkan para pengiklan (ujung-ujungnya, beriklan di detik sekarang semakin efektif saja!)
Selain ad clutter, masalah terbesar lain yang dihadapi para advertiser antara lain adalah:
1. Low quality advertising coming from advertisers.
2. Difficulty targeting locally.
Mengantisipasi hal ini, hanya ada 2 cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan efektifitas marketing communication kita di online:
1. Make better advertising
Artinya, selain membuat materi iklan yang secara kreatif ‘nendang’, materi iklan online juga harus disertai sejumlah hal:
- Doing our homework by getting good strategic insight
- Pre testing our messages
- Testing the efectiveness of our design (penting lho ini di online! banyak campaign online gagal karena design tidak menjawab objective dan strategy)
- Measuring everything
Keuntungan berkomunikasi di online adalah adanya ruang untuk terus melakukan improvement selama campaign berlangsung. Berbekal pengamatan dan analisa yang intensif selama campaign, improvement untuk meningkatkan efektifitas bisa terus dilakukan.
2. Forget what you know about mass reach, focus on targeting.
Selama ini kita selalu berpikir bahwa semakin banyak iklan kita dilihat orang, semakin baik. Dalam aktifitas online advertising, salah satu takaran ‘baik’ adalah impressi yang besar. Pertanyaan yang lebih kritis adalah, untuk apa iklan kita di impress oleh orang yang bukan target kita? More is not always better, mulailah membidik market yang spesifik sehingga impressi yang dihasilkan pun impressi yang berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar