Awal Juli lalu, industri surat kabar nasional memasuki babak baru. Hanya berselang beberapa hari, setidaknya ada lima surat kabar nasional meluncur versi baru korannya, yaitu koran Internet atau disebut pula e-paper.
Sebenarnya, onlinenisasi berita koran sudah terjadi sejak lama, yakni hampir semua surat kabar memiliki website yang di dalamnya juga memuat edisi cetaknya. Namun, selama ini format tampilan yang digunakan di Internet sama sekali berbeda dari edisi cetaknya, yaitu hanya berupa teks dan sesekali disertai foto. E-paper menampilkan layout yang sama persis dengan edisi cetak di depan layer computer.
Yopie Hidayat, Pemimpin Redaksi Harian Kontan, menyebutkan bahwa ide pembuatan e-paper Kontan sudah ada sejak tahun lalu. Kontan sudah mencari – cari vendor yang sesuai tapi sayangnya tidak ada yang berjodoh dengan berbagai alasan. “Tampilannya kurang oke, fiturnya kurang bagus, yah banyak lah,” ujar Yopie. Sampai akhirnya awal Juni 2008, Kontan menyampaikan kepada tim Seriousetec yang ketika itu sedang mengelolah software editorial dan pengarsipan Kontan akan kebutuhan tersebut. “Seriustec ternyata memiliki program yang kami inginkan. Hanya dalam waktu dua hari, format yang di inginkan sudah disediakan,” ungkapnya. Dan 1 Juli 2008, e-paper Kontan meluncur.
Berselang dua hari, saudara tua Kontan, Harian Kompas juga meluncurkan format e-paper – nya yang kemudian diikuti oleh Koran Tempo dan Rebuplika.

Handy Dharmawan, Manajer Teknologi Informatika PT Tempo Inti Media, menerangkan, salah satu latar belakang peluncuran e-paper Koran Tempo adalah cukup tingginya (30%) jumlah pengunjung website Koran Tempo (www.kontantempo.co.id) yang berasal dari luar negeri. Namun, versi online dari Koran Tempo hanya berupa teks. “Padahal kekuatan kami justru terletak pada kekayaan infografisnya,” unjar pria yang akrab disapa Wawan ini.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, Wawan mengusulkan format e-paper kepada manejemen Tempo. Gayung pun bersambut. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, e-paper Koran Tempo telah siap meluncur. Untuk menyajikan kontennya, Tempo bekerja sama dengan Pressmart.
Ada beberapa fasilitas tambahan yang diselipkan Tempo di e-paper-nya, seperti fasilitas suara yang bisa membaca isi artikel sayangnya, pengisi suara dalam konten itu dialeknya masih sangat bule, jadi seperti mendengar aktris sinetron Cinta Laura sedang membaca berita. Adapula fasilitas download, cetak, dan kirim e-mail, serta add to my clipping.
Menurut Wawan, kehadiran e-paper Koran Tempo tidak akan mengancam Tempo online. Pasalnya, e-paper hanya terbit setiap harinya (layaknya koran cetaknya), sedangkan online di-update setiap saat.
Pendapat senada diungkapkan CEO Virtual Consulting, Nukman Luthfie. “E-paper tidak bersaing dengan portal berita,” ia berujar. Dia menambahkan, karakteristik e-paper dan portal berita sangat berbeda. Lagi pula, salah satu keunggulan Internet adalah kecepatan, dan itu tidak dimanfaatkan oleh e-paper. “Jika dibandingkan dengan berita di portal, berita koran cenderung basi,” kata Nukman.Menurut pria yang sehari – harinya berkecimpung di bidang pemasaran online ini e-paper hanya sebuah upaya pengelola media cetak untuk meningkatkan bargaining positionnya di depan pemasang iklan. “Ini sebagai value-added bagi pemasang iklan, karena selain di koran, iklan mereka juga akan muncul di Internet,” tuturnya. Dengan cara ini, lanjut Nukman, diharapkan akan semakin banyak iklan yang bisa dijaring. “Persaingan berebut iklan di media cetak sangat ketat, jadi harus kreatif dan inofatif,” ia menambahkan.
Pemimpin Redaksi Detik.com, Budiono Darsono, juga berpendapat sama. Dia sama sekali tidak khawatir portal yang dikelolahnya bakal tersaingi oleh munculnya e-paper. “E-paper itu kan ancaman untuk koran cetak sendiri,” jawabnya melalui sms.
Sumber SWA di Serioustec yang enggan disebutkan jati dirinya mengatakan bahwa e-paper merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah distribusi. Dia menyebutkan warga Negara Indonesia tersebar di 86 negara. “Bayangkan jika mereka harus dikirimin satu per satu edisi cetaknya.” Singkatnya, dia menyebutkan bahwa dengan menggunakan format e-paper, jumlah pembaca akan meningkat secara signifikan, dan ini sangat membantu dalam memasarkan iklan.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat sebuah e-paper juga tergolong cukup murah. Serioustec, lanjutnya, menggunakan teknologi Softpress dari Realview Technologies , Australia. Adapun harga paketnya dibagi menjadi dua. Softpress Basic dan Softpress Premium. Harian Kontan dan Kompas menggunakan paket premium dengan biaya US$ 600 (sekali bayar), dan US$5 per halaman/edisi. Sementara bagi yang merasa harga itu terlalu mahal, disediakan paket Softpress Basic. “Softpress Basic akan menjadi alternatif menarik bagi entry level,” katanya seraya menyebut bahwa untuk paket basic, loading halamannya sedikit lebih lamban.
Wawan menerangkan, e-paper tak hanya sebatas pelengkap surat kabar edisi cetak, tapi bisa menjadi revenue stream yang baru. Di halaman e-paper bisa dibuat iklan dengan format flash. Selain itu, sangat memungkinkan pula akan ada iklan baris dari Google. “Pembagian keuntungannya dengan pola bagi hasil dengan penyedia software,” ungkapnya. Selain itu, bisa dikeruk pula pendapatan dari biaya berlangganan.” Tetapi, saya tidak tahu akankah dibuat berbayar atau tidak,” kata Wawan.
Yopie menambahkan, saat ini kemungkinan untuk memungut biaya dari e-paper masih sangat kecil. “Untuk Internet saja sudah harus membayar, dan kualitasnya masih lamban.” Kendati demikian, dia menyebutkan peluang itu tetap ada. “Layanan ini akan terus kami kembangkan,” katanya seraya menyebutkan bahwa Kontan hendak membangun server sendiri di kantornya. “Nanti rencananya server akan digabungkan dengan megaportal Kompas Cyber Media.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar