Rabu, 23 Juli 2014

Riset Konsumen, Kunci Keberhasilan Campaign


Jadi kapan kita bisa start online campaign-nya, bu Iim?” tanya seorang brand manager sebuah perusahaan terkemuka setelah selesai memamparkan problem brandnya.
Soon setelah saya mendapatkan finding researchnya, saya akan come up dengan rekomendasi” jawab saya.

” Waduuuh bu, kelamaan. Bisa ngga kita skip saja bagian risetnya?” protes mas manager

” kalo di skip, lalu kita me-measure keberhasilan atau kegagalan campaign-nya based on apa?” tanya saya balik.
Mas manager : “…”
*****
Memetakan permasalahan secara jelas dan menggali consumer insight terkait current problem maupun future opportunity adalah dua hal wajib yang mendasari strategy komunikasi kita, apa pun medianya. Tanpa dua hal tadi, jangan harap kita akan memiliki strategy komunikasi yang tajam.
Tuntutan untuk mendapatkan peta permasalahan dan insight konsumen secara jelas, semakin tinggi ketika sebuah brand masuk ke area komunikasi online. Hal ini disebabkan online adalah medium yang terukur, gagal suksesnya bisa langsung diketahui.
Salah satu contoh, seorang brand manager menyebut produknya kurang laku karena rendahnya brand awareness. Kata manager, kesimpulan itu muncul karena berdasarkan riset terhadap brand awareness, produknya kalah jauh dibanding kompetitor.
Sebagai brand manager atau pun konsultan komunikasi, menurut saya kita harus kritis terhadap data. Kita wajib menggali lebih lanjut apa yang membuat awareness rendah. Kurang campaign kah, salah konten campaign kah, salah positioning kah, atau malah jangan -jangan pembanding dalam riset kita tidak setara (brand untuk B2B harus bersaing awareness dengan B2C, dan ini sering terjadi!)
Dari sinilah kemudian kita bisa menentukan apa next step yang harus kita lakukan.
Dalam bahasa sederhana: Kita harus tahu posisi kita sekarang dimana untuk bisa menentukan posisi kita selanjutnya. Jika posisi sekarang seperti apa saja kita tidak tahu, bagaimana mungkin kita bisa menentukan next step musti ngapain?
Untuk itulah kita memerlukan riset.
Namun sayangnya, masih banyak yang menganggap riset sebagai cost. Padahal, riset adalah investasi. Alih- alih ingin berhemat dengan men-skip tahap riset, yang terjadi malah pemborosan luar biasa karena marketing dan komunikasinya salah sasaran karena dilakukan tanpa pemetaan permasalahan yang jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar